Wisata Religi di Indonesia
Semana Santa Wisata Rohani di Larantuka
Larantuka atau yang biasanya disebut nagi tanah oleh para
penduduk lokal. Larantuka juga memiliki nama lama yaitu Kota Reinha. Larantuka
adalah bagian dari Pulau Flores tepatnya di ujung timur Flores. Merupakan Ibukota Kabupaten Flores Timur. Bagi para peziarah Katolik, Larantuka sudah sangat terkenal. Bukan hanya dalam negeri,
tetapi Larantuka sudah terkenal hingga Manca Negara. Untuk sampai di Larantuka bisa menggunakan Pesawat ataupun
Feri dari ibukota NTT Kupang. Larantuka atau Vatikan kecil dihuni oleh hampir
90% penduduk beragama Khatolik, yang sisanya beragama Protestan, Islam dan Hindhu. Maka tidak heran, Larantuka memiliki banyak sekali Kapela. Kapela yang
terkenal yaitu Kapela Tuan meninu dan Kapela Tuan Ana. 2 kapela ini menjadi
tempat penting prosesi yang rutin dilakukan oleh penduduk Larantuka yaitu
Prosesi Semana Santa.
Prosesi Semana Santa adalah suatu rangkaian ibadah umat Khatolik menjelang hari raya Paskah. Prosesi Semana Santa atau perayaan Pekan Suci paskah di Larantuka telah dilakukan turun-temurun selama 5 abad yang lalu. Prosesi ini bukan saja merupakan prosesi agama yang juga mengandung prosesi adat didalamnya. Dikatakan prosesi adat karena orang-orang yang terlibat didalamnya merupakan suku-suku asli yang telah ditetapkan dari zaman dahulu. Suku-suku yang bertugas adalah Suku Kabelen, Suku Lewai, Suku Raja Ama Koten (Diaz Viera Da Godinho), Suku Kea Alyandu, Suku Ama Kelen De Rosary, Suku Maran, Suku Sau Diaz, Suku Riberu Da Gomeomes, Suku Lamuri, Suku Mulowatu, Suku Lewerang dan Suku Kapitan Jentera.
Rabu Abu/Rabu Trewa
Pada Rabu Abu dalam istilah masyarakt setempat adalah prosesi dimana para umat berkumpul di kapela untuk melaksanakan ibadah mengenang peristiwa pengkhianatan yang dilakukan oleh Yudas Iskariot terhadap Yesus Kristus yang berujung peristiwa penangkapan di Taman Getsemani. Prosesi Rabu Abu dimulai pada pagi hari dimana pelaksanaan ibadah dilakukan dan diatur oleh suku-suku yang telah ditunjuk. Pada malam harinya seluruh kota Larantuka dibuat gaduh, terdengar bunyi-bunyian dimana-mana, dengan memukul drum, menarik senk dijalan-jalan dan lain-lainya bertujuan untuk mengingatkan akan gaduhnya prajurit dan serdadu di Taman Getsemani saat akan menangkap Tuhan Yesus.
Kamis Putih
Pada hari kamis, prosesi yang dilakukan yaitu misa Kamis Putih, dimana
warna putih dominan dalam berpakaian. Suasana menjadi hening di Kota Larantuka, tidak ada bunyi-bunyian apapun suatu aktivitas yang menimbulkan kegaduhan. Para warga menyalakan lilin didepan rumah
atau di tempat pemakaman tempat keluarga atau handai taulan di kubur. Patung
tuan Ma (Bunda Maria) dan tuan Ana (Tuhan Yesus) dikeluarkan dari dibersihkan
dan dipersiapkan di Kapela. Hanya pihak tertentu saja yang bertugas untuk
mengurus, mendoakan sampai mengusung patung sacral tersebut.
Setelah semua proses selesai maka patung tersebut boleh
dilihat oleh masyarakat yang ingin menyembah patung tersebut. Berdoa serta mencium
patung menjadi salah satu prosesi penting dalam prosesi ini. Pada kamis putih juga dilakukan pemasangan tikam toru (pagar lilin) disepanjang rute prosesi jalan salib yang akan berlangsung esok harinya.
Jumat Agung
Pada hari Jumat merupakan puncak dari proses Semana Santa
atau pada umumnya kita sebut Jumat Agung. Prosesi awal Prosesi Tuan Meninu
(Prosesi Laut) berlangsung Pkl 11.00, Proses ini dimulai di Kapela Tuan meninu
dimana patung Tuhan Yesus disimpan. Patung Tuhan Yesus yang disimpan tersebut
dikeluarkan dan diadakan perarakan laut dengan menggunakan perahu ke Pelabuhan
Cure. Dari dermaga Rowido, peti jenasah Tuan Meninu diarak dan diiringi oleh
ratusan perahu dan sejumlah kapal yang
sengaja digunakan untuk mengangkut para peziarah. Selama perarakan laut
dilantunkan doa-doa orang khatolik dan nyanyian rohani.
Perarakan laut ini terdiri rombongan khusus yang membawa patung Tuhan Yesus, orang-orang ini sudah ditentukan sebelumnya. sebuah perahu besar ditutupi kain hitam merupakan perahu yang berisi patung Tuan Meninu yang diiringi beberapa perahu kecil. semua yang terlimbat dalam penghantaran/perarakan patung Tuan Meninu menggunakan baju berwarna hitam. selain perahu kecil yang beriringan dengan Perahu Induk yang didalamnya terdapat patung Tuan Meninu, terdapat juga iring-iringan dalam jumlah besar dibelakangnya. Beraneka kapal motor dan kapal nelayan digunakan untuk mengankut para wisatawan. Hal ini menciptakan pemandangan yang tidak biasa di selat Gonsalu karena seluruh selat dipadati kapal-kapal pengangkut para pesiarah.
Untuk menaiki kapal-kapal tersebut, tidak bisa secara sembarangan. Kita harus mendaftarkan diri terlebih dahulu pada pos-pos yang telah ditentukan. ini berguna agar tidak terjadi kelebihan muatan pada kapal yang digunakan. Bertolak dari kejadian pahit pada tahun 2013 silam, penumpang yang mengikuti prosesi laut secara sembarangan dan tidak terkontrol, naik ke kapal mengakibatkan kapal kelebihan muatan dan tenggelam didalam laut. Selain padatnya kapal-kapal ditengah laut, para pesiarah juga memadati pinggiran pantai yang dilewati rombongan pembawa Patung Tuan Meninu.
Perarakan laut ini terdiri rombongan khusus yang membawa patung Tuhan Yesus, orang-orang ini sudah ditentukan sebelumnya. sebuah perahu besar ditutupi kain hitam merupakan perahu yang berisi patung Tuan Meninu yang diiringi beberapa perahu kecil. semua yang terlimbat dalam penghantaran/perarakan patung Tuan Meninu menggunakan baju berwarna hitam. selain perahu kecil yang beriringan dengan Perahu Induk yang didalamnya terdapat patung Tuan Meninu, terdapat juga iring-iringan dalam jumlah besar dibelakangnya. Beraneka kapal motor dan kapal nelayan digunakan untuk mengankut para wisatawan. Hal ini menciptakan pemandangan yang tidak biasa di selat Gonsalu karena seluruh selat dipadati kapal-kapal pengangkut para pesiarah.
Untuk menaiki kapal-kapal tersebut, tidak bisa secara sembarangan. Kita harus mendaftarkan diri terlebih dahulu pada pos-pos yang telah ditentukan. ini berguna agar tidak terjadi kelebihan muatan pada kapal yang digunakan. Bertolak dari kejadian pahit pada tahun 2013 silam, penumpang yang mengikuti prosesi laut secara sembarangan dan tidak terkontrol, naik ke kapal mengakibatkan kapal kelebihan muatan dan tenggelam didalam laut. Selain padatnya kapal-kapal ditengah laut, para pesiarah juga memadati pinggiran pantai yang dilewati rombongan pembawa Patung Tuan Meninu.
Setelah prosesi perarakan laut, diadakan Misa Jumat Agung. Kemudian Prosesi
Sesta Vera dengan ribuan lilin dinyalakan bersama dengan pesiarah lain
mengelilingi Kota Larantuka Pkl 20.00- 01.00.
Prosesi dan arak-arakan Patung Tuan Ma dan Tuan Ana dimulai.
Barisan peziarah pun memenuhi jalanan Larantuka, dengan Patung Tuan Ma dan Tuan
Ana menyertai di barisan paling belakang. Sejumlah alat sengsara atau ornamento
dibawa untuk mengingatkan penderitaan Yesus. Prosesi ini berlangsung hingga subuh. Para peziarah, imam, serta suster biara mengalunkan doa dan
lagu pujian. Prosesi ini bisa disebut prosesi jalan salib, namun Larantuka
memiliki keistimewaan yang tidak dimiliki oleh tempat lain manapun.
Comments
Post a Comment